Petualangan Rinto - NDOMAX
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Petualangan Rinto

Rinto menarik nafasnya dalam dalam, dari mukanya tampak jelas kesan bahwa dirinya benar2 sangat kelelahan dan seolah hampir kehabisan nafas. Sesekali Rinto mencoba menahan nafasnya tapi tak lama dirinya tak kuat dan akhirnya mengembuskan nafasnya lagi serta menarik nafas berikutnya. Rupanya kelelahannya kali ini benar2 membuatnya cukup kebingungan mengatur nafasnya. Bagaimanapun juga akhir2 ini dirinya jarang berolah raga dan lupa mengatur pola makan. Kemaren pak Sugi mengomelinya akibat berat badannya naik 10 kg dalam sebulan ini. Pak Sugi adalah dokter perusahaan dimana Rinto bekerja. Dokter yang menangani keluhan kesehatan semua karyawan di PT. Makmur Doratani, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang alat2 pertanian dan perkebunan.

Membuat traktor, mesin penggiling padi dan mesin2 penyemprot hama dan sekitarnya. Ada 3 sub divisi dalam perusahannya, divisi peralatan ringan, divisi peralatan berat dan divisi peralatan panen dan paska panen. Beberapa jenis produk malah sudah diekspor ke manca negara, khususnya di Afrika dan sebagian kecil ke Asia tengah. Rinto masih lunglai, berlarian di atas treadmill selama 15 menit ini benar2 meluluh lantakkan dirinya dan seolah kepalanya pengar tak kunjung selesai. Seolah ada lebah, ratusan lebah mendenging di kepalanya tanpa jeda.

"Ha ha ha pak Rinto, bagaimana ? Sudah percaya ucapan saya kah ? "
"Ini masih pertama kali make treadmill pak dokter, belum terbiasa saya, seminggu lagi palingan saya sudah terbiasa"
"Gitu ya...? Ok deh kalau begitu saya kesini seminggu lagi ya pak Rinto, mudah2an pak Rinto sudah terbiasa, ha ha ha"
"Dokter sialan kamu, ok deh seminggu lagi kamu lihat kemampuan saya disini jam segini ya"
"Ha ha ha, saya suka semangatmu pak Rinto, seminggu lagi jam segini disini, semoga kamu tak takut aku operasi setelahnya, ha ha ha"
"Dokter gila.. "
"Ha ha ha seminggu lagi jam segini, ha ha ha" Kilasan tawa Dokter Sugi, karib Rinto masih terdengar di telinganya, pekak rasanya mendengarnya. Kemarin Rinto tak percaya kalau dirinya menderita jantung koroner dan harus pasang ring untuk membuka pembuluh darahnya yang tersumbat, gilanya pula, semuanya ada 8 buah. 8 buah ring harus menancap di seputar jantungnya agar bekerja betul. Rinto tak habis pikir, di usianya yang masih 45 tahun harus memiliki ring yang seolah menyatakan dirinya sudah seolah kakek2 tua renta.

Suharso dan Sugiono adalah sepasang sahabat yang dulunya tinggal satu desa di sebuah kabupaten di sisi selatan jawa timur. Keduanya sama2 berprestasi, tinggal bersebelahan rumah, belajar bersama bermain bersama sejak kecil. Lepas SMA pilihan hidup masing2 memisahkan mereka, Rinto di jurusan Teknik Mesin dan Sugi di kedokteran. Keduanya lulus kuliah dengan predikat yang luar biasa, cumlaude. Rinto lantas mendirikan perusahaan mesin sendiri, yang awalnya bergerak sebagai supplier semata, kemudian mengembangkannya sehingga memiliki divisi manufactur sendiri. Awalnya hanya kecil sekali workshopnya kemudian berkembang hingga memiliki pabrik yang didirikan diatas tanah seluas 5 Ha. Dan kemudian sekarang hampir 20 Ha total areal industri manufaktur nya. Sugi, setelah lulus mendapatkan gelak dokter, kemudian selesai masa tugasnya sebagai dokter ptt, melanjutkan sekolah mengambil spesialisasi jantung. Kemudian memiliki klinik 10 tahun kemudian. Masih berusia 40 tahun kala itu. Sebuah klinik yang maju dengan peralatan yang lumayan maju. Sugi termasuk dokter jantung yang memiliki langganan luar biasa banyaknya. Sehingga meski orang desa, orang tua tak memiliki banyak harta toh akhirnya bisa memiliki klinik sendiri. Dan persahabatan mereka tetaplah sebuah persahabatan yang luar biasa, keduanya saling mendukung dan saling membantu jika memang salah satu perlu dibantu. Keduanya memiliki hobby yang sama bahkan, memancing. Itilah mengapa, meski pilihan cita2 berbeda, keduanya setidaknya tiga bulan sekali pergi bersama, memancing.

Rinto cenderung diam membisu, dan Sugi suka sekali tertawa, walau tertawanya kadang menyakitkan hati. Entah mengapa keduanya bisa sangat akrab, bahkan lebih akrab daripada kepada saudaranya sendiri. Keanehan lainnya adalah, keduanya sangat bertolak belakang sifat dan kharakternya. Rinto cenderung pendiam, Sugi cenderung banyak omong dan suka bercerita. Rinto betah bekerja hingga larut malam, apalagi kala ingin mencipta produk unggulan buat perusahaannya, Rinto tak suka berolah raga. Sugi cenderung gemar berolah raga kerja seolah hiburan semata, bukan berarti tak sibuk, Sugi dokter yang sibuk malah, tetapi kesibukannya seolah menjadi bahan refreshing baginya.

"To... Aku ini senang mengobati orang lain, dan menikmati pekerjaanku, lagipula pasienku melihatku tersenyum dan tertawa, 50% penyakitnya sembuh. Kamu saja yang ga suka lihat aku tertawa, ha ha ha"
"Gi, kamu itu gimana, produk2ku ini banyak yang pengen niru, menjiplak bahkan, gila2an aku berkreasi, orang lain enak2 niru, gimana aku ketawa coba" Itulah beda keduanya, juga kesamaannya, masing2 memiliki perhatian dan tujuan yang luar biasa untuk mengembangkan bisnisnya. Perbedaan kedua adalah, Sugi memiliki istri yang sungguh luar biasa cantiknya. Wanita utama yang luhur budi dan sempurna. Wanita yang merupakan satu2nya wanita yang mereka inginkan untuk menjadi istri. Ya... Istri Sugi adalah piala thropy yang mereka perebutkan dan akhirnya Sugi memenangkannya. Dan Rinto hingga kini tak memiliki istri. Itulah sebabnya Rinto menenggelamkan dirinya dalam pekerjaannya. Istrinya ya perusahaannya. Di usia yang tak muda lagi bahkan, Rinto seolah mesin yang hidup 24 jam untuk perusahaannya. Sehingga jangan heran kalau perusahaannya kini merambah dunia. Bukan lagi pemain kelas kampung. Adalah Gheananda seorang wanita yang meluluh lantakkan dunia nya. Ya, Ghea adik kelasnya kala mengambil S2 jurusan mesin. Sempat menjadi kekasih Rinto bahkan, sebelum akhirnya Rinto terlena dengan Putri, sahabat Ghea dan meninggalkan Ghea. Dalam kesedihannya Ghea akhirnya dihibur oleh Sugi sahabat Rinto dan kemudian mereka bisa bersatu bahkan hingga menikah hingga kini. Lebih 15 tahun keduanya menikah bahkan sudah memiliki 2 orang putra dan putri. Dan Rinto, entah bagaimana kisahnya setelah Sugi menjadi pasangan Ghea, seolah sadar dan meninggalkan Putri. Kisah cinta Rinto seolah putus di tengah jalan. Tanpa sambungan sama sekali dan tanpa ada apa2 lagi setelahnya. Bahkan sampai kini setelah 15 tahun Sugi menikah dengan Ghea, Rinto masih saja sendiri. Tidak bersosialisasi, tidak mencoba mencari pasangan dan tidak bergerak kecuali hanya urusan pekerjaan dan pekerjaan semata. 15 tahun tak ada cerita, seolah kisah yang terputus begitu saja dan entah kapan akan dimulai lagi.

Rinto masih berolah raga di atas treadmill, ini hari yang ke tiga dia berlatih dengan treadmill setelah dirinya dinyatakan harus pasang ring. Dalam hati sebenarnya Rinto tak percaya pada Sugi, karena dirinya yakin sehat2saja, cuma memang dirinya agak kelebihan berat badan saja. Beberapa kali dirinya mencari second opinion tanpa sepengetahuan Sugi, dan ternyata memang dirinya sehat2 saja. Cuma harusnya Rinto paham kalau Sugi sekedar guyon atau apa, lagi pula mana ada dokter menyarankan olah raga treadmill macam atlete utk pasien calon pasang ring. Memang, sejak bertemu Sugi terakhir, Rinto segera menyingkirkan urusan perusahaannya lebih dulu. Menomorsatukan kesehatannya dulu, makan diatur setiap pagi jalan2 keliling perumahannya, senam dan sesekali ngegym di pusat kebugaran langganannya. Yang pasti dirinya saat ini lebih bugar dan penuh semangat. Ke kantor masih tetapi mulai pulang sore. Kemudian olah raga di rumah. Selama tiga hari itu, keseharian Rinto berubah total. 
Hari ke empat, benar2 Rinto seolah merasa dirinya menjadi baru lagi. Bangun pagi dirinya merasa sehat dan sangat segar. Segera berganti pakaian untuk olah raga keliling perumahannya. Sekedar jalan2 dan melihat suasana sekitar rumahnya yang sejak dia tinggal belum pernah dia perhatikan. Sekitar 30 menit Rinto melakukan jalan santai di perumahannya kemudian pulang. Selanjutnya mandi dan bersiap ke kantor, ritme hidupnya yang baru. Pulang sore, kemudian ke gym untuk selasa dan kamis, jum'at ini rencananya sore belanja buat mengisi kulkasnya. Malam nanti dirinya ada acara temu alumni, macam reuni tapi khusus untuk menjalin silahturahmi rekan2 alumni sekota nya saja. 

Acara yamg jarang sekali dihadirinya, buka apa disana pasti bertemu dengan satu sosok yang memporak porandakan hatinya selama ini.... Ghea. Rasanya baru kemaren Rinto melepaskan Ghea buat sahabatnya. Rasanya baru kemaren Rinto kehilangan Ghea. Ada rasa yang entah bagaimana harus dia ungkapkan tapi tak tahu kepada siapa dia harus membagi rahasia hidupnya... Sebuah Rahasia yang luar biasa.... Yang membuat Rinto seolah tak bergeming walau ada wanita cantik dihadapannya... Sebuah Rahasia yang seolah harus menjadi rahasia selamanya... Tapi kali ini, sungguh jelas berbeda bagi Rinto, 15 tahun rasanya cukup baginya hidup dalam bayang2 kelabu. Mulai malam ini Rinto bertekat akan menjalani hidup yang lebih indah dan bermakna baginya. Untuk dirinya semata. Bukan untuk orang lain. Masih terngiang bagaimana Sugi tertawa.... Rasanya sudah cukup itu baginya dan kini saatnya dirinya tertawa dan ikut menikmati dunia. Entah kenapa dengan pemikirannya itu Rinto seolah menjadi riang dan tersenyum mendorong troley balanjaan di supermaket sepulang kantor.

"Mas.... " Panggilan biasa yang sering terdengar baginya. Panggilan buat seorang lelaki di mana dirinya tinggal. Bagi Rinto, panggilan itu istimewa, karena suara nya itu... Suara Ghea..... Terkejut Rinto menoleh. Lebih terkejut lagi, ternyata bukan Ghea yang ada dibelakangnya memanggilnya. Seorang wanita muda entah siapa dan yang pasti Rinto merasa tak mengenalinya. Tetapi wajahnya cantik sangat anggun dan sungguh menawan hatinya. Yang pasti Rinto melongo sekejap, kemudian sadar diri, dan membalikkan badannya, sebab yakin yang wanita itu panggil bukanlah dirinya. "Iih mas Rinto, gimana siiih.. " Rinto kembali membalikkan badan dan menunjuk dirinya sendiri sebagai kode kepada wanita itu, wanita yang masih belum juga dikenalinya. "Iih mas Rinto sombong banget ya,asa sama aku lupa mas...? " Rinto jelas bengong, dilihatnya wanita itu di usia 30an lah jaub dari 40 lah, setidaknya 10 tahun lebih muda 
darinya.
"Siapa ya ?
"Mas, aku Tasya mas... "

Tasya.... Nama itu masih belum membentuk suatu makna, Rinto masih mengingatnya, kemudian barulah ditemukannya satu ingatan yang dulu lama sekali terbenam di kepalanya... Tasya, mahasiswi praktek yang dulu magang di perusahaannya yang masih kelas unyu2 waktu itu... hanya 3 bulan dirinya magang, setelah itu bergantian rekan2nya dan adek2 kelasnya magang, sehingga namanya tenggelam dalam memorinya terdalam. Tasya adek kelas 10 tahun dibawahnya se almamater nya. Dalam benak Rinto rasanya dia tomboy banget, kenapa sekarang begitu tampil memukau ?  "Hallo mas, bengong lagi nih, masih ingat sama aku ga mas ? " 

"he he he, iyalah Sya, tadi kaget saja, kok ada wanita cantik menyapaku soalnya, apalagi 
namanya Tasya, dulu rasanya kamu ga gini deh, punya rok saja aku sangsi dulu. Kok sekarang kaya wanita beneran ya...? "

"Mas ini kok bener deh, dari dulu suka ngolokin Tasya.. "
"he he he... Iya ya maaf ya, dulu suka panggil kamu Phasa, lha laki banget soalnya.. "
"hi hi hi iya ya mas, gondok banget lho aku waktu itu mas, makanya setelah kerja praktek aku berusaha berubah mas, biar jadi wanita... eh mas nanti malam datang khan ? "
"duh ya gimana ya, rasanya males banget aku, ha ha ha, hari ini lagi males banget soalnya"
"mmm kirain datang mas, biar aku ada 
teman soalnya"
"lah pada kemana memangnya ? "
"tahu tuh pada bgilang semuanya, nanti Tasya jemput ya mas ? "
"Jemput ? Memangnya Tasya tahu rumah mas ? "
"hi hi hi, tadinya ga tahu mas, cuma kemaren dan tadi mas kan jalan2 di komplek, kita satu komplek mas, hi hi hi"

"Iya gitu ? Waduh tahu aku jalan2 kok ga nyapa ya? "
"Mau nyapa gimana, masnya mukanya ditekuk gitu, oh ya mas, jam 7 aku jemput mas ya"
"Eh kanapa maksa nih ? "
"Tugas Tasya tuh soalnya dari kakak2 kelas mas."
"Tugas ? "
"Iya mas, tugas, biar mas datang harus ada yang maksa."
"Duh ya, ya sudah jam 7 teng jemput aku ya"
"Ok mas, sip, duluan ya mas"
"Ok, ati2 ya"

Rinto jelas garuk2 kepalanya, bagaimana bisa ada ibu2 mau jemput dirinya ? Ibu2 ? Lha usia 35 tahun apa bukan ibu2 ? Apa suaminya ga marah nanti ? Pertanyaan2 seperti itulah yang membuat Rinto bingung dan makin bingung dengan keanehan2 yang dialaminya.
Rinto menutup pintu rumahnya setelah mengeluarkan belanjaannya tadi di supermaket dalam perumahannya. Memang perumahan tempat tinggalnya termasuk berkelas juga, ada supermaket besar dan mall di bagian depan, terpisah dengan perumahannya. Ada pagar pembatas tinggi dan keamanan 24 jam, taman2 yang luas dan indah tertata rapi serta ada beberapa zona bermain anak yang lengkap dengan alat2 permainan anak, zona bersepeda juga ada. Yang pasti nyaman untuk dihuni. Segera setelah masuk ke dapurnya, Rinto menyimpan belanjaannya dalam lemari pendingin besar miliknya. Ada kotak2 yang kemudian diisi belanjaannya, diaimpan teratur dalam lemari es nya. Rinto terbiasa bekerja dengan teratur dan hidup teratur pula, semuanya serba teratur, demikian juga caranya menyimpan makanan dalam lemari es, dalam lemari2 di dapurnya juga rak2 di dapurnya. 

Kompor besar, oven dan semua peralatannya serba modern dan teratur. Setelah berbenah dan siap untuk mulai memasak, tiba2 bel rumahnya berbunyi. Diliriknya jam dinding di dapurnya, masih 16.35, belum jam 7 malam. Rinto terheran tetapi dia tetap beranjak dari dapurnya dan membuka pintu rumahnya. Dilihatnya Tasya dan seorang lelaki di depan pagar rumahnya. Segera dihampiri dan dibukakan pagar rumahnya. "Mmm ada apa ya Tasya ? Masih jam 5 juga belum ini ? " Kebiasaan to the point Rinto berkata2 seolah tak sopan menanyakan kedatangan Tasya pada pukul 5 padahal janjiannya jam 7. "Ha ha ha, maaf mas Rinto, maaf saya Dafa mas, suami Tasya mas, gimana ya bilangnya ya, duh saya sedang ada acara mas, sementara Tasya pengen pergi jam 7, jadinya kayaknya saya titip istri saya ya mas " "Eh, maaf saya sampai tidak sopan mas Dafa, mari masuk mas, Tasya gimana ini, saya masih belum siap ini untuk berangkat"

"Maaf mas ya, lha suamiku buru2 keluar ini, katanya emergency soalnya, jadi ya saya nebeng kemari biar ga ditinggal, saya nunggu disini ga papa khan mas ? "
"Ya ga papa sih, mmm nunggu agak lama ga papa ? Soalnya saya belum siap2 sama sekali ini"
"Ga papa mas, mmm Mas Dafa boleh pergi mas kalau buru2 mas"
"Duuh maaf ya Mas, saya kebetulan ada panggilan emergency ini mas, titip istri saya ya mas... "
"Duh ya ga papa mas, silahkan mas berangkat mas"
"Mari mas, dek mas Dafa berangkat ya" Kemudian Dafa mencium kening istrinya yang mengambil tangannya dan mencium punggung tangan Dafa. Setelah itu pergilah Dafa dengan mobilnya meninggalkan istrinya di rumah Rinto. Meninggalkan Rinto yang makin bingung dengan banyak kejadian hari ini, ga masuk akalnya betul soalnya, kok ada suami menitipkan istrinya pada lelaki lainnya ya ? Lha lelakinya itu ganteng lho, gagah dan belum menikah. Aneh saja rasanya bagi Rinto.

"Maaas, aku ga disuruh masuk kah ? Hi hi hi"
"Eeh duh ya, sampai lupa, yo mari masuk... Duh ya gimana ini ya, sini masuk... Mmm mbak Tasya duduk dulu ya, mmm saya tinggal ke dapur dulu ga papa ? Sudah kadung mau masak tadi soalnya" "Oooo jadi lagi masak tho tadi mas ? Makanya bingung Tasya datang lebih awal ya ? Hi hi hi mas Rinto lucu kalau bingung soalnya mas, ga papa yuk Tasya bantuin masak deh mas" "Eeeh waduh gimana ya ? Jadi sungkan sayanya soalnya dek, mmm ayolah kita ke dapur .... " Rinto yang sejak tinggal di rumah ini belum pernah ada tamu wanita dewasa yang benar2 matang dan sangat anggun serta sexy, apalagi diantar suaminya, titip lagi, jelaslah bingung dan bengong. Lebih bengong lagi kala Tasya seolah cuek dengan kerikuhan Rinto tiba2 mengamit tangan Rinto digandengnya menuju dapur. Rinto jelas menjadi semakin ga karuan saking bingungnya. Keringat Rinto menetes besar2, rikuh dan serbah salah dirinya.
"Eeh dapurnya bagus banget mas ini, mmm mau masak apa mas ? "
"Tadinya cuma mau bikin sambel lalap sama bakar ikan pari itu... Sebentar ya, mas mau masak dulu bentar" Tasya dengan santainya melihat2 kondisi dapur Rinto, sesekali membuka2 pintu2 dan laci2 nya...
"Iya mas, silahkan saja, Tasya masih pengen lihat dapurnya mas, kok rasanya enak banget ya bisa punya dapur begini, nyaman mas... " Memang Dapur Rinto berbeda dari kebanyakan dapur orang indonesia, Dapur itu seolah dirancang khusus di tengah2 ruang santai dan ruang makan dan dapurnya merupakan pusat nya. Ada cerobong/exhouse asap besar ditengah dapur sehingga ruang lainnya tak pengap oleh asap waktu memasak. Ada meja bar di sebelah dapur yang menghadap ke ruang nonton. Semuanya didisain sempurna dan enak. 

"Mmm enak mas pengaturan rumahnya, kayaknya aku betah disini mas, gimana kalau aku sering main kesini mas ? "
"Memangnya kamu ini ga ada suami apa ? Kok bisa main kesini ? "
"Ya ga papa mas, tahu tidak suamiku kemana tadi mas ? "
"Ya ga bilang mana aku tahu Sya... "
"Emergency itu dia artinya ke laut lepas mas, dia kerjanya di rig tambang di laut lepas mas, itu maknanya bisa berhari2 bahkan berminggu2" "Lho anakmu sama siapa ini ? "
"Halah mas, ditengokin jarang akunya, mana bisa punya anak mas, makanya dititipin sini. Biar bisa punya anak kayaknya...? " "Kok...? " "Hi hi hi ya bikin sama kamu lah mas... " "Kamu tuh ya, kalau guyon bikin merinding lho sya.. " Rinto entah bagaimana seolah merasa nyaman saja masak ditemani oleh Tasya, lalapanya sudah mateng, bakar ikan pari nya juga sudah hampir matang, sambal terasinya sebentar lagi dia gerus di cobek khas buatan magelang. Pastinya Rinto konsentrasi penuh membuat sambel kegemarannya, sambel terasi khas resep ibunya dulu. *** "Ayo makan Sya, temani mas sini..." "Eeh... Mmmm wanginya mas, jadi laper Tasyanya, hi hi hi makasih ya mas, sudah dimasakin... " Rinto makan dengan lahapnya, entah karena memang masakannya enak, atau karena dia lapar atau karena didepannya ada ibu2 yang matang dan cantik serta sexy habis. Yang pasti, sudah piring ke dua Rinto makan, dan mukanya merah karena kepedasan atau saking banyaknya dia makan. Jarang2 bisa makan ikan pari bakar plus sambel terasi bagi Rinto. Di hadapan Rinto, Tasya tak kalah rakus melahap makanan buatan Rinto, entah kenapa rasanya nendang betul di lidah Tasya. Sejak jaman kerja praktek dulu, Tasya suka makan bareng2 teman2 dan pak Rinto yang kala itu masih muda, pak Rinto yang masak memang, masak di dapur kantor nya pak Rinto. Bukan dapur umum, dapur khusus pak Rinto. di dalam ruang kerjanya ada dapur dan ruang makan, cuma disekat terpisah dengan ruang kerja. Di dapur itulah pak Rinto memasak dan di ruang makan dekat dapur itu mereka beramai makan. Sampaipun setelah kelar kerja praktek, Pak Rinto masih suka memasakkan tamunya, Tasya dan kawan2 kala main kesana, soalnya Mas atau Pak Rinto enak diajak ngobrol apalagi soal bisnis. Suka menjadi mentor pemula bisnis dengan ikhlash membantu. Kadang kawan2 membawa bahan makanan ramai2 masak, cuma ga pernah seenak kalau pak Rinto yang memasak. Jamuan khas pak Rinto inilah yang membuat pak Rinto akrab dengan adek2 kelas dan kakak2 kelas alumni yang mampir dan berkunjung.

"Kenapa merem2 gitu Sya ? "

"Eeh, hi hi hi, meresapi masakan mas Rinto lah, enaknya beneran enak, kangen bener mas Tasya sama masakan mas, dulu sering makan masakan mas soalnya. Teman2 juga suka ngobrolin masakan mas kalau ketemuan, beberapa kali pengen masak2 lagi di kantornya mas, cuma katanya susah sekarang, securitynya galak2 belum2 diusir... "
"Eeh ada memang yang diusir ? Kamu nih ya, hoax itu paling, mana pernah sih mas usir2 tamu ?
"Iya mas iya, maksud kawan2 tongkrongan pabrik mas sekarang kurang humble dan bersahabat gitu, belum2 seolah ngusir soalnya.. Hi hi hi"
"Mmm gitu ya, mmm nanti mas bilang deh sama yang disain, biar diubah agak bersahabat lah tampilan entrance nya "

"Hi hi hi besok2 boleh ya kita masak2 lagi mas ? Teman2 soalnya pengen makan2 bareng sama mas.... Gratis enak lagi hi hi hi" "Boleh lah, mana pernah mas ga ngasih ijin sama kamu dan teman2mu masak2? Cuma kadang kalau yang masak teman2 kamu apalagi kamu, rasanya amburadul banget, ha ha ha" "Iya tahu mas, makanya tadi ga bantuin aku, tahu dirilah aku, cuma aku bantu2 habisin dikit mas hi hi hi" "Makasih ya dah nemenin makan, habis ini aku mau mandi dulu siap2, kamu nonton di sana ya atau baca2 lah buku disana. Mas tinggal ya"
"Ok mas, siap piring2 nya bagian aku bersihin lah, masnya mandi sana"
"Ok thanks tinggal dulu ya... "
"Ok mas, mmmm apa mas mau dimandiin ? Hi hi hi"
"Kamu nih ya.... Dah ya, aku mandi dulu, kamu baca2 tuh banyak buku koleksiku disana" Rinto bicara sambil menunjukkan rak buku koleksinya, setelahnya dirinya menghilang di kamarnya. Mandi kali ini bagi Rinto seolah mandi dalam tekanan, harus cepat dan tepat seolah mandinya seorang pegawai yang telat bangun, soalnya diluar kamarnya ada wanita cantik dan sexy yang menunggunya. Ya entah kenapa daritadi Rinto seolah susah sekali bernafas, disuguhi wanita cantik dan sexy menemaninya makan dirumahnya pula, suaminya nitipin pula padanya, gimana ga kacau balau pikiran Rinto. Susu Tasya memang sesuatu sekali, bahkan sejak masih mahasiswi susunya sering membuatnya gagal fokus kala memberikan arahan padanya. Bagaimanapun juga Tasya dalam bimbingannya kala itu, bersama kawan2nya yang semuanya lelaki. Cuma Tasya memanglah gadis yang tomboy, kemana2 pake celana jeans kadang robek2, kaos oblong kadang dirangkap sama baju flanel belelnya. Kecantikannya memang sudah ada sejak masih gadis, cuma memang tertutupi oleh gaya pakaiannya yang terkesan cuek dan tampil maskulin. Cuma tadi sungguh berbeda, susunya seolah saat ini diexpose secara benar, bajunya sebenarnya buat wanita. Susunya semakin membahana, apalagi belahan dadanya memang luar biasa. Lipatannya benar2 mulus seolah pipi tembem yang minta dicubit. Rinto kali ini mandi sedikit tersiksa, bagaimanapun juga kontolnya sedari tadi ngaceng pol berdiri bak meriam dan ingin dituntaskan. 

Tetapi dia ditunggui oleh pembuat kontolnya ngaceng. Rinto makan cepat dan masak cepat salah satunya ya gara2 susu Tasya yang luber kemana2 dan belahannya mulus membahana. Kali ini dia harus cepat mandi karena si empunya susu padat kenyal manis sedang menunggunya. Setengah gila Rinto mandi, setengah gila dia berpakaian dan setengah gila dirinya mematut diri didepan cermin serta menyemprotkan parfum nya. Parfum berlogokan mahkota ratu victoria kesukaannya. Mengenakan jam tangan kesukaannya, dan sekilas dia melirik waktu sudah menunjukkan pukul 18.30. Saatnya pergi. Pergi bersama seorang wanita dari rumahnya menuju acara pesta, sungguh berbeda dibandingkan kala dirinya harus menjemput dulu. Jelas berbeda dilihat dari segi apapun. Apalagi ini bareng Tasya yang tampil luar biasa, dengan baju yang super feminim dan sexy, sebelum berangkat bahkan Tasya rela merapihkan bajunya, baju garis2 kesukaannya berikut celana kain yang sangat chic. Tasya begitu dekat dengan dirinya kala itu, tubuhnya nyaris hampir melekat pada tubuhnya, wangi parfumnya memukau. Belahan dadanya seolah makin dalam yang terlihat. Ada butiran keringat yang kurang ajar menempel sedikit. Iri rasanya Rinto melihatnya.
"Ayo berangkat mas, kalau lama sedikit aku jamin mas aku perkosa... Hi hi hi mas nya cakep banget
Tasya membisikkan kata2 itu di dekat telinga Rinto, dengan tubuhnya nyaris melekat pada tubuh Rinto. "Mmm kamu ga minggir beneran mulutmu aku sumpal dengan mulutku.... "
"Beneran mas...? Monggo mas dinikmati sajiannya. " Tasya kemudian memeluk Rinto dan memejamkan matanya, mendongakkan kepalanya membuka bibirnya. Rinto jelas tak tahan melihatnya, segera mulutnya benar2 menyumpal mulut Tasya, melumatnya dan mengelitiki rongganya dengan lidahnya. Diluar dugaan Rinto, Tasya membalas tak kalah beringasnya, tanganya sudah memeluk leher Rinto dan menariknya sehingga dirinya dan Rinto lebih melekat lagi. Rinto seolah lepas kendali, tangannya mlkemudian kemana2, awalnya hanya sebatas mengusap punggung Tasya, kemudian meremasi pinggangnya dan kemudian meremasi pantat Tasya yang menonjol hampir seolah menungging saking sexynya..

"Aaah... Massh enak masss, gilaaaa...
" Tasya rupanya tak tahan untuk melepaskan ciuamannya sambil dirinya mengambil nafas dirinya melenguh meresapi kenikmatan dari Rinto. Seolah mendapatkan lampu hijau, Rinto kemudian menggerakkan tangan kanannya menuju dada Tasya, perlahan saja gerakan tangannya seolah memberikan sinyal pada Tasya arah telapak tangannya kemana... Rupanya Tasya tak tahan akan gerakan lambat telapak tangan Rinto, seolah buru2 dia lepaskan pelukannya kemudian mengambil tangan Rinto diletakkannya di susunya yang membahana. "Ayo mas remesin, Tasya dah ga tahan mas pengen diremes sejak tadi. " Rinto tak banyak bicara, sesuai dengan kharakternya, kerja kerja kerja, sebentar saja susu Tasya menjadi seolah bahan roti yang diremas2 olehnya... Sesekali seolah diputar2 dan saking gemasnya kadang Rinto meremasnya dengan agak brutal. "Aaaaahhh enak massh terussss masshhh aaahh" Desahan Tasya tak tertahankan lagi kala tangan Rinto satunya meremas pantatnya dengan sangat keras mungkin saking gemesnya Rinto melihat ada pantat kok segitunya nungging dan besar. Tiba2... Alarm belnya berbunyi, menunjukkan waktunya dia berangkat, pas pukul 19.00. Benar2 harus pergi sekarang. Rinto yang biasa teratur kala masuk rumah memang seolah otomatis mengeset alarm rumahnya berbunyi jam 7 ini. Alarm rumah, bukan di HP, satu rumah kedengaran soalnya berisik dan mau ga mau menganggu Rinto dimana saja berada di dalam rumah. 

Lekas Rinto mematikan alarmnya dan itu harus melangkah menjauh dari Fhasha, soalnya tempatnya panelnya dekat dengan ruang baca di samping dapur sana. Bunyi alarm masih terus bertalu2 sampai akhirnya mati. Mati jugalah gairah yang tadinya menggebu. Lekas Rinto membenahi pakaiannya dan kemudian mengamit Tasya keluar rumah. Membukakan pintu mobilnya dan dia kemudian masuk mobil dan mengendarainya keluar rumah. Nafas Tasya masih terasa berat, tersengal juga matanya masih memejam seolah meresapi kejadian tadi di dalam rumah, sementara mobil Rinto sudah membelah malam hampir sampai pada portal perumahan. Tiba2 hp Tasya berbunyi. Entah sengaja atau tidak Tasya mengaraskan suaranya. Speaker aktif.

"Halo ma... Sudah berangkat ? " "Halo pa, ini sedang di jalan, mau keluar kompleks pa, hampir saja tak berangkat tadi" "Kenapa ma ? " "Latihan jadi pemeran film porno mas, cuma ga jadi, baru juga ciuman da bubar"

"Ha ha ha, kenapa ? Jadi nanggung dong ma" "Iya pa, mas Rintonya kayaknya ga berani pa, alarmnya juga meraung2 dalam rumahnya ngusir kita pa hi hi hi" "Waah ga asyik itu alarm nya ya ma, eh ya ma, aku kayaknya bakalan stay disini antara 10 sd 2 minggu ma, troublenya lumayan berat ma, kamu stay di rumah mas Rinto ya, kan bisa nerusin yang tadi ha ha ha" "Eh papa ngomong dulu sama mas Rintonya lah, nitip istri kok seenaknya gitu" "Ini di speaker aktif khan ma ? " "Iya pa, mas Rinto juga denger kok, asli mas Rinto bingung nih pa" "Ha ha ha, ya udah, papa bicara sama mas Rinto dulu ya ma, malam mas Rinto, maaf sebelumnya kalau istri saya nakal ya mas, cuma kayaknya dia mau saya titipin sampai saya kelar kerjaan boleh mas ? " "Mmm dek Dafa tahu kah kalau saya ini masih lajang ? Dititipin istrinya dek Dafa itu beneran sesuatu lho dek, he he he habisnya dia sexy habis dek mana cakep lagi, tadi hampir saja saya apa2in lho dek" "Kok katanya cuma peluk cium mas, ha ha ha mama bohong ya? "
"Mama ga bohong pa, kan tadi bilang hampir pa, gara2 alarm jadinya nanggung deh, tapi susu sama pantatku sudah diuyel2 sama mas Rinto lho pa... Hi hi hi enak pak, gila enak banget" "Ha ha ha, mas Rinto, boleh bicara agak serius mas ?" "Monggo dek Dafa, silahkan" "Begini mas, silahkan mas sama Tasya ngapain saja mas, saya ga papa kok, kalau bisa saya minta Fsasya sekalian dihamilin ya mas, saya ga bisa ngasih soalnya. Saya minta tolong ya mas" "Eh... Kenapa ga pake program bayi tabung atau sejenisnya dek Dafa ? "
"Mmm kita belum pengen kesana sih mas, lagian saya juga sering keluar lama kayak begini mas, makanya saya titipin ke mas Rinto, orang yang sejak lama jadi panutan atau pujaan Tasya mas. "
"Mmm dek Dafa sudah tahu konsekuensinya kah, kalau sampai Tasya hamil misalnya ? "
"Sudah kami bicarakan sejak lama mas itu" "Ok, kita lanjut pembicaraannya nanti saja ya mas, ini sudah mau menjelang gedung juang tempat acara kami dek... "

"Ok mas, intinya saya minta tolong ya mas, jagain dan hamilin Tasya mas, titip Tasya ya mas, monggo mas" "Monggo dek.... " Pembicaraan itu akhirnya selesai, sebuah pembicaraan yang benar2 gila dan luar biasa membuat gelegak dalam dada. Rinto terkenang masa lalunya, masa lalu dengan sebuah rahasia besar, sebuah rahasia yang membuatnya seolah dipenjara. Bagi Rinto saat ini waktunya reunion time, waktu ketemu sohib2nya dulu semasa kuliah, waktu ketemu dengan semua kenangan indah dan buruknya di masa lalu, Rinto bertekad, kali ini akan dia nikmati. Keluar dari mobil, dibukakan pintu untuk wanitanya saat ini, Tasya yang memang tampil memukau diantara semua yang hadir. Kecantikannya dan kesexyan tubuhnya benar2 luar biasa. Entah bagaimana, Rinto membiarkan tangan Tasya mengamit tangannya memasuki gedung tempat perhelatan reuni kabar kali ini dengan tema penganugerahan penghargaan bagi alumni berprestasi... Dirinya termasuk didalamnya. Rinto berjalan beriringan dengan Tasya seolah mereka adalah sejoli yang berpasangan, padahal hampir semuanya tahu bahwa Tasya adalah istri seorang alumni juga. Ketua panitia sampai melongo melihat betapa serasinya keduanya berjalan memasuki ruangan. "Duuh mas Rinto, cepet lepas tangannya mas, mati aku mas, itu Tasya kamu apain, suaminya bisa mampus kalau lihat ini. Ini Tasya juga kok bisa terlalu menghayati tugasnya sih, dah lepas, mas Rinto kaga kemana2 lagi kok, tugasmu top deh Sya ha ha ha" Sang ketua dengan lucunya menyambut kedatangan keduanya seolah dengan begitu bisa meredam keheranan para kolega teman dan semua yang hadir melihat Tasya datang bersama bergandengan mesra "Iih mas Fadli ini, kemaren awas2 kalau sampai mas Rinto ga datang, kalau ga dirantai begini gimana mau datang dia mas hi hi hi" "Ha ha ha selamat datang mas Rinto, maaf mas kami harus menugaskan seorang yang paling nekat buat memastikan mas Rinto datang, tapi enak khan mas... Ha ha ha" Rinto tertawa mendengar lelucon Fadli yang masih adek kelasnya dua tingkat, dipeluknya Fadly tanda kangen dan persahabatan. Kemudian Rinto duduk ditempat yang telah disediakan bersama Tasya tentunya. *** Malam ini memang malam penghargaan bagi alumni berprestasi yang memiliki sederet keunggulan diantaranya adalah jabatan atau perusahaan yang dibangun tinggi/besar, kepedulian terhadap almamater dan kiprahnya dalam pembangunan juga yang terpenting adalah prestasinya di mata dunia dan nasional. Dalam gelar temu alumni yang sekaligus ulang tahun ke 80 jurusan kali ini, achiefment seumur hidup alumni jatuh pada Rinto yang memiliki sederet keunggulan dan itu terus menerus menjadi keunggulannya sampai dengan saat ini. Ya, hampir semua civitas akademika tahu dan kenal beliau yang selalu terbuka bagi adek2 tingkat nya untuk belajar, sumbangan terhadap kampus nya juga luar biasa. Dan hampir setiap acara penganugerahan dirinya tak hadir. Oleh karena itu khusus kali ini, memang ada petugas khusus yang akan memaksa dirinya hadir, yaitu Tasya. 

Dan memang Fadil khusus minta tolong kepada Dafa suami Tasya agar membolehkan Tasya mengajak dengan cara apapun Rinto di acara tersebut. Salah satu penyebab ketidak mauan Rinto hadir selama ini adalah kesendiriannya, oleh karena itu Tasya khusus menjadi pendamping Rinto selama acara. Fadil memang gila, bahkan untuk kesuksesan acara kali ini dia rela berjuang merayu Tasya dan Dafa.... Sementara Tasya dan Dafa punya maksud yang tersembunyi juga. Siapa yang memanfaatkan siapa yang dimanfaatkan entahlah, tapi jalinan kisahnya memang seperti itu. Yang pasti acaranya akhirnya sukses dengan Rinto bersedia datang karena memang dialah pemilik acara kali ini. Rinto memang sesuatu, tampil memukau didepan kawan2 dan adek2 kelas juga para dosen yang sebagian juga dosen yang mengajarnya dulu. Seolah bercerita saja bagaimana dirinya dulu dan perjuangannya, sumbangsih kawan2 dan adek2 kelasnya, dorongan semangat para dosen pada dirinya. Semua Rinto ceritakan, tanpa secuil pun kisah kerja kerasnya membangun perusahaannya. Rinto bercerita tentang bagaimana perusahaannya maju berkat dorongan bantuan dan semangat para sahabat, adek kelas dan orang lain, Rinto lebih menitik beratkan pada jasa orang lain padanya bukan sebaliknya. Itulah yang memukau bagi hadirin. Malam itu memang malamnya Rinto, semua antri membludak ingin memeluk dan bersalaman dengannya.. Bukan apa, semua merasa kenal dan memang kenal melalui keakraban yang dibentuk oleh Rinto.

Semua merasa dekat dan memang Rinto selama ini menjadikan semuanya dekat dengannya. Semua merasa ikut memiliki perusahaannya dan memang Rinto selalu merasa begitu dengan sahabat dan adek2 kelasnya juga almamaternya. Itulah Rinto sebenarnya.

Seolah dirinya itu buat orang lain... Bukan buat dirinya.... Hanya satu orang yang nampak sedih melihat bagaimana Rinto datang bersama wanita yang memang luar biasa cantik dan sexy, bagaimana Rinto dipeluk tangannya dan susu sang wanita menempel ketat di lengannya. Bagaimana si wanita berbisik padanya dan kemudian tertawa cekikikan. Bagaimana Rinto pulangpun tetap diamit lengannya oleh si wanita yang terus tertawa menerima godaan kawan2 karena si lelaki bukan suaminya. Semuanya seolah wajar saja karena Rinto memang "raja" nya di hari itu dan wajar bila memperoleh hak istimewa termasuk dipeluk istri seorang lelaki yang juga sealmamater. Semuanya seolah guyonan dan candan semata dan seolah tak akan masuk ke dlaam hati karena mereka semua tahu, sang suami si wanita telah memberi ijin sambil tertawa2 saat istrinya dimintai tolong hal khusus. Semuanya seolah permainan panggung semata, seolah film yang diperankan oleh aktris dan artis pemeran film, sekedar bohongan dan sekaligus jadi bahan tertawaan segar yang bukan olok2. Semua itu karena Rinto malam itu memang "raja" nya. Si wanita yang sedih itu menyembunyikan kesedihannya dalam2 dan membungkusnya rapih dalam senyumnya, kala dirinya menghampiri sosok Rinto yang sampai saat ini masih memiliki tubuh dan cintanya. Menyalami Rinto dengan senyum tulusnya. 

Rinto sebentar saja melihatnya seolah terpaku sebentar namun kemudian tersenyum lebar dan menerima salam si wanita dalam ketulusan yang nyata. Ketulusan seorang sahabat, entah dalam hati, tapi ketulusan itulah yang nampak. Malam ini memang miliknya Rinto, yang tertawa diantara candaan kawan2 nya soal bagaimana mereka membuat skenario bahkan mereka sebut "Rinto Project" hanya untuk membuatnya keluar dari tempat persembunyiannya. "Ha ha ha Tasya si tukang makan memang adek imutnya Rinto, dari jaman dulu ya, asal ada Tasya, Rinto bersemangat. Bersemangat masak karena Tasya si tukang makan selalu menyikat habis... Ha ha ha" "Eh mas Fadil kamu nih dah dibantuin masih olok2 juga, gini2 Tasya bisa menggaet mas Rinto gara2 sexynya kali mas, hi hi hi" Tasya melenggak lenghokkan badannya yang memang sexy, tapi suara koor kawan2nya menenggelamkannya. "Ha ha ha, Sya, tadi di rumah mas Rinto makan ga ? " "Ha ha ha, dia ga makan kok dirumahku, tapi di hatiku deh, hatiku benar2 hancur karena semua makan malamku, masakanku dihabisin oleh Tasya, hiks hiks hiks" Rinto ikut membully Tasya dengan berlagak kenes yang dibalas tawa terbahak2. Malam itu malamnya Rinto dan itu nampak jelas di mata seorang wanita yang merasa cemburu pada Tasya, kecemburuan yang dibalut olehnya dengan senyun dan tawanya ikut membully Tasya. Bagaimanapun juga Tasya adalah teman nongkrong mereka semua kala penat dan perlu ide dan gagasan mendobrak kemapanan dalam hal berbisnis. Ya Fasya adalah bisniswomen yang seolah tak ada matinya dalam mengeluarkan ide dan kreasi. Malam itu adalah malamnya Rinto, tapi belum selesai. Sepulang acara masih malam juga dan dia akan memulai acara baru dengan istri orang lain Tasya.

Perjalanan pulang kali ini berbeda, sungguh berbeda. Ada suatu acara setelah ini yang masih membutuhkan klarifikasi lagi.. Tiba2 telponnya berbunyi, ada nomor suami Fhsya yang tadi dia masukkan dalam list contact nya... Dia set aplikasi audio mobilnya menerima telpon suami Tasya. "Halo mas Rinto, selamat ya mas, akhirnya mas dapat juga penghargaan paling bergengsi dari almamater kita mas. Sekali lagi selamat ya mas, tadi saya lihat masnya gagah banget didampingi oleh istriku mas... Ha ha ha Saya bangga mas sama mas Rinto. " "Terima kasih dek Dafa, mmm dek Dafa menelpon bukan karena acara itu khan ?" "Iya mas, saya nelpon ini karena tadi seolah mas belum confirm keinginan kami mas, keinginan saya dan istri saya mas. Saya sekali lagi nitip istri saya mas, selama mas bisa, silahkan mas berbuata apa saja dan kita sudah sama2 dewasa dan tahu konsekuensi dari peristiwa ini mas. Saya juga mohon dengan sangat mas Rinto bisa membuat istri saya hamil mas, kebetulan hari2 kedepan adalah masa subur buat istri saya mas" "Sebentar dek Dafa, ini saya mau tanya kepada dek Tasya di depan dek Dafa ya, mmm Sya, beneran kamu mau aku hamili ? "

"Iya mas, ga papa, yang paling penting itu bukan hamilnya mas, hi hi hi, pa mas Rinto tegang banget mas. Yang penting itu enaknya mas, hi hi hi, daripada aku main ga jelas sama siapa khan, mending yang diijinin sama suamiku lah mas Rinto"
"Ha ha ha betul ma, betul mas Rinto, have fun saja lah mas, have trouble juga hidup bareng Tasya lah, dia suka nyubit mas, goyangannya duuuh gila mas"

"Ha ha ha ya sudah dek Dafa, memang sering main sama siapa sih dek kalian berdua kok rasanya ga cuma main sama aku deh" "Mmm gimana ya mas, kami ini open minded mas, terbuka soal sex mas, kami juga saling jujur mas, ga pake hati sih. Sejauh ini aman2 saja mas, cuma pas giliran saya mau buat proyek bayi, kok sayanya difonis sulit punya keturunan. Ha ha ha awalnya menyenangkan mas bisa main sana sini ga pake punya monumen bayi, giliran begini stres saya. Saya sudah main sama banyak wanita mas selain Tasya, dia juga begitu, cuma setahun ini kami sudah ga begitu mas, kami memang setahun ini pengen punya bayi, cuma ya itu tadi mas. Saya dan Tasya pengen bayinya jelas dari siapa jalurnya. Makanya kami pilih mas" "Ok deh, kita lihat saja nanti ya dek, ga tahu ngomongnya gimana, yang pasti aku ikutin apa kata nanti saja ya dek, aku ga masalah kok Tasya bareng sama aku sepuluh atau seminghu atau sebulan juga Dititipin wanita sexy dan cantik sehat dan cerdas kalau nolak ya ngawur itu namanya ha ha ha, dah ya dek, kita dah mau sampai, da memang dekat ini sama rumahku tempat acaranya."

"Ok mas, makasih ya mas, ma have fun ya" "Ok dek Dafa selamat bekerja"
"Ya papa, nanti aku kirim video kaya biasanya kalau mas Rinto bolehin ya mas" "Ha ha ha ok ok selamat menempuh hidup baru ya..." KLIK Gila bener percakapan tadi bagi Rinto, tak pernah dia bayangkan ada kehidupan yang serba bebas seperti itu dimana suami dan istri masing2 bebas berpasangan dengan siapa saja. Seolah kedok saja. Yang pasti bagi Rinto, dirinya luar biasa terangsang, karena sebentar lagi dirinya bisa menikmati wanita luar biasa disampingnya. Dalam usianya yang cukup berumur dan kemaren divonis tak sehat pula. Rinto masih mengendarai mobilnya memasuki komplek perumahan dan sebentar lagi dirinya seolah menjadi pria beristri yang cantik, ga cuma boleh dipamerin saja kaya tadi di acara anugerah alumni. Boleh juga ditusuk tusuk. Ini membuat Rinto serasa gila saking bingungnya.

Sebelum mobil memasuki halaman rumah Rinto, Tasya meminta mobil terus melaju ke arah rumahnya. "Aku mau ambil bajuku dulu ya mas, ga lama kok, mas menunggu di mobil juga ga papa atau masuk menemani saya juga ga papa, mas bebas pilih yang mana" "Mmmm ayolah aku bantuin packing ya, biar ga kaya sopir akunya ha ha ha" "Ayo mas, hi hi hi senengnya dibantuin packing aku" Sampai di rumah Tasya dan memasukkan mobil ke dalam car port. Keduanya kemudian masuk kedalam rumah dan kemudian menutup pintunya. Standar prosedurlah, bukan apa privacy khan harus tetap dijaga, itu prinsip buat pasangan Dafa dan Tasya. Dan rasanya seluruh komplek ini sama kok, ga ada yang saling kenal ini, saling tegur juga tidak, semuanya seolah hidup sendiri. Soalan kebersihan dan keamanan sudah diurus oleh property management, penghuni kompleks tinggal bayar biayanya berapa, beres. Itulah kenapa mereka tak saling kenal, bahkan tetangga sebelah juga ga kenal. Tapi tetap soalan bagian dalam rumah, di dalam batas pagar rumah adalah bagaimana pemilik rumah mengamankannya.

"Sya baju renang punya kah ? " "Punya mas, kenapa mas pengen aku bawa? Hi hi hi mas ini ya, boleh lihat semua isinya kok pake main sexy2an sih... "
"Ada deh, bawa barang 3-4 ya Sya"
"Ok boss... Ini, ini mmm ini semuanya yang paling sexy ada 8 mas, pilih sama mas deh" "Mmm ini, ini dan yang ini deh, bawa 4 ini ya Sya" "Ok mas, siap deh. Duh pegelnya, sambil dipijitin ya mas ini, mmm bentar saya lepas dulu bajunya biar ga kucel." Kemudian dengan santainya Tasya membuka bajunya hanya tinggal bra saja penutup bagian atasnya kemudian dia duduk lagi memilih bajunya yang akan dia bawa. Lingerie sexy, celana dalam dan bra sexynya dia bawa semua. Rinto yang duduk dibelakang Tasya kemudian mulai memijat bahu Tasya, perlahan saja pijatannya tapi mungkin karena tenaga Rinto yang besar, Tasya seolah menjadi begitu menikmati pijatan itu. Apalagi kala seolah tak sengaja tangan Rinto mulai meraba susunya langsung, bukan dari balik branya, soalnya talinya sudah merosot jatuh... Susu Tasya benar2 tumpah ruah, meluber kasana kemari saking besarnya. Apalagi kemudian dengan sedikit usaha, Rinto membuka kaitan bra Tasya. Benar2 luar biasa susu Tasya tampil memukau bulat besar dan putingnya mempesona. Rinto tidak melanjutkan memerah susu, tapi dirinya malah kembali memijat tengkuk bahu dan lengan Tasya. Entah kenapa Rinto malah terkesan menjauhi susu Tasya yang luar biasa sexy itu, malah Rinto bertanya kepada Tasya "Sya baju tidurmu mana kok kaya ga ada dibawa ya ? "
"Aashhh mas Rinto ini kok ya tega, ya malah nanya nanya baju tidur segala. Susu Tasya dibuka terus dibiarin maksudnya gimana masss... "

"Ha ha ha, mas cuma pengen tahu pas nya baju tidur nya kaya apa, tadi khan ga tahu lha wong ketutup bra gitu lho.. Ini putingnya segimana khan tadi ga tahu mas" Sambil membicarakan soal puting Rinto menowel2 puting Tasya sedikit saja, setowel dua towel, yang justru membuat Tasya menggelinjang tak karuan. "Ini massshh aaah baju tidurku, di sini, mas pilihin sajaaaaaahhhhhsss" Ternyata lemari pakaian yang ditunjuk Tasya itu semuanya berisi baju tidur dan daleman. Maka entah bagaimana kisahnya Rinto seolah tak peduli lagi dengan tubuh Tasya namun sibuk memilih baju tidur dan daleman yang harus Tasya bawa. Setumpuk semuanya dan luar biasa sexy.

Kemudian, Rinto membuka lemari pakaian milik Tasya, dan memilih milih lagi, beberapa pakaian dia ambil dan minta di masukkan dalam packing, hanya sekitar 3-4 stel saja. "Sudah ya Sya, itu saja deh, lainnya nanti beli ya, saya yang belikan deh atau kamu beli sendiri da kamu khan kaya ha ha ha" Tasya bengong sebengong2nya, soalnya yang diambil dan dipilih oleh Rinto adalah baju2 yang merupakan baju2 khusus buat menggoda lelaki. Tak satupun baju yang semi tertutup lah dan agak sopan. 

"Mas ini mau dipake kemana coba ? Ini baju buat clubbing mas buat sehari2 mana ?  "Lha itu tadi pilihanmu khan sudah ada 2 setel Sya..? Ngapain juga pake baju sehari2 Sya, wong besok aku mau ajak kamu ke Lombok dan Bali" "Lha Lombok ? Bali ? Hi hi hi iya ya mas, ngapain dirumah saja ya kalau bisa jalan2, mas nya ga kerja...? "

"Hadew kamu ini, ada kamu di rumah mana bisa kerja aku ? Ya sekalian pergi ambil cuti saja deh, untung kemaren sudah siap rancanganku diproduksi, kayaknya direktur operasionalku dan direktur teknis bisa diandelin deh, kakak tingkatmu 5 tahun mereka.... "
"Oww ok boss... Jadi semangat packing ini, mmm kayaknya aku bawa ini semua cukup mas ? " "Cukup lah, sisanya biar beli saja disana Sya, masa aku ga beliin kamu pakaian Sya, wong dititipin ini ya kudu tanggung jawab beliin baju jugalah.... Ha ha ha, mmmmmm" Rinto mukanya seolah melihat ke baju yang dipegangnya kemudian melihat Tasya berkali2 begitu. "Hi hi hi makasih ya mas... Eh kenapa mas ? "
"Mmm boleh minta kamu buka semua pakaianmu dan pake ini tanpa daleman Sya" Rinto memberikan lingerie yang tipis dan menerawang yang dipegangnya sehingga kalau dikenakan seolah Tasya tembus pandang dan susu serta memeknya terlihat menantang dalam remang2...
"Mmmm ok deh Mas, siapa takut hi hi hi, nakal juga mas ku ini ya... " Sambil berkata, Tasya melucuti roknya dan srkaligus dalemannya hingga telanjang bulat dan kemudian mengenakan lingerienya yang menerawang tadi... Rinto memandangi tubuh Tasya agak lama, kemudian... "Mmm sempurna!!! Ayok aku bantuin packing Sya biar cepet. " Tasya benar2 kaget dengan sikap Rinto yang seolah menahan diri untuk menikmatinya, hanya cukup menikmati lewat matanya saja. Ada beberapa kemungkinan yang dipikirkan oleh Tasya tetapi sikap Rinto terlalu ekstrim., cuma... Belum juga Tasya lepas dari bengongnya, Rinto sudah selesai mempacking kopernya, semuanya dua koper, satu koper besar satu lagi koper kecil. "Haaaah sudah selesai, yuk kerumahku Sya... "
"Eeeh aku pakai beginian kah Mas ? "
"Berani ga Sya ? Kalau ga berani ya pake tuh jas aku buat penutupnya ha ha ha"

"Mas ini gila, tapi Tasya suka hi hi hi, hayo lah diapa takut mas.... " Jiwa petualangan Tasya keluar, dan dengan percaya diri, kemudian Tasya keluar rumah dan masuk mobil tanpa mengenakan penutup sama sekali, hanya menenteng jas milik Rinto dipelukannya. Saat itu memang sudah malam dan tak ada orang lalu lalang pula, hanya pak hansip yang sedang bertugas saja yang kelihatan di pos agak jauh dari rumah. Cuma bagaimanapun juga, tantangan yang diberikan oleh Rinto luar biasa membuat dirinya terangsang habis. Memeknya berkedut mengeluarkan cairan pelumasnya membasahi kemaluannya yang sudah mulai merasa gatel. Tak lama kemudian Rinto membuka pintu bagasi memasaukkan koper2 milik Tasya. Mengunci pintu rumah Tasya dan kemudian sudah berada di belakang setir mobil nya. Cepat simple praktis dan teratur, itulah Rinto dalam kondisi apapun. Hanya sebentar mereka sudah tiba dan behenti di carport milik Rinto. Tasya membuka pintu mobil dan keluar membantu Rinto mengangkat koper kecilnya. Kali ini dirinya tak menutupi dadanya dan apapun miliknya kecuali dengan lingerie sexy yang dikenakannya. Beberapa petugas keamanan yang berada agak jauh didepan rumah Rinto sempat melihat Tasya jelas bengong, sebengong2nya. Hanya sebentar memang, pemandangan bagi petugas jaga itu memang tak lebih dari 5-8 detik saja, karena kemudian Tasya masuk ke dalam rumah. Semuanya dilakukan Tasya tanpa tergesa seolah wajar saja dia mengenakan pakaian demikian. Jelas petugas jaga perumahan di depan rumah Rinto merutuki kesialan mereka yang sempat melewatkan beberapa saat sebelum sadar, pemandangan indah itu. Di dalam rumah Rinto, Rinto meletakkan koper Tasya dalam kamarnya kemudian dia juga melakukan packing buat dirinya sendiri. Tak perlu lama, karena seolah baju2 Rinto untuk bepergian sudah dipisahkan sendiri dan hanya perlu menambahkan beberapa hal saja. Cuma 2 menit lebih semuanya beres. "Ha ha ha beres deh, Sya yok kita ngopi sambil lihat film koleksiku yuk... "

"Tasya ikut mas enaknya gimana mas, ayolah ngopi juga ok mas" Tasya seolah kaget kenapa dirinya tak ditabrak oleh Rinto ya, padahal sekujur badannya dari tadi sudah siap dinikmati dan dirinya sendiri sedang dilanda birahi yang memabukkan gara2 mata mas Rinto tidak pernah lepas dari putingnya kadang juga menikmati memeknya lewat tatapan matanya. Ini yang membuat Tasya semakin panas dan memeknya semakin basah, tanpa diapa2in oleh Rinto. *** Rinto tadi memang sempat mengganti bajunya dengan celana kolor tanpa celana dalam sama sekali, sekilas Tasya tadi melihat kontolnya begitu menggugah seleranya. Masih tidur sih tapi besar dan panjang nya tidak mengecewakan, jelas sepertinya lebih bagus dari milik suami Tasya, mas Dafa. Dada Tasya serasa panas membara, seolah dirinya dipermainkan atau diremehkan. Seolah dirinya kurang menggairahkan bagi Rinto. Tasya merutuki permainan Rinto, sedari tadi hanya menggodanya lewat matanya saja. Dalam benak Tasya, "ayo lah kita main petak umpet mas... " Seolah itu yang ada dalam pikirian Tasya.. Berdua dengan Rinto yang sejak dulu merupakan sosok yang menjadi panutannya, Tasya benar2 nyaman tetapi juga kheki berat. Kheki karena seolah diabaikan tubuhnya yang nyaris terbuka yang mulus sexy. Akhirnya Tasya memutuskan untuk menggoda Rinto lebih jauh.

"Mas kita berangkat jam berapa ya, asshhh " Sambil bertanya Tasya membelai memeknya dengan demonstratif. Rinto memandanginya dengan sangat kagum, juga terangsang, soalnya kolornya juga mengacung mirip tenda. "Kita berangkat subuh dari sini, pesawatnya take off jam 7 soalnya Sya, ga papa khan ? Istirahatnya nanti di Lombok saja, kita menginap di resort tertutup kok Sya... Tiga atau empat hari di Lombok Habis itu ke Bali seminggu Sya... " Sambil berkata2 Rinto melihat bagaimana gilanya Tasya membelai susu dan kewanitaannya... Akhirnya Rinto ikut membelai kejantanannya yang masih terbungkus kolornya. "Assshhh masshhh lihat saja apa enak massshhh aaahhh" "Ya Sya, enak ... Apalagi kalau sambil elus2 kont** kaya gini Sya... " Tasya melihat bagaimana kejantanan Rinto tegak menantang masih dalam kolor, terangsang semakin dalam, akhirnya Tasya tak tahan dicuekin macam begitu. Dengan gerakan kilat, Tasya menerkan Rinto dan melumat bibir Rinto dengan sangat rakusnya. Dilucutinya kaos Rinto dan sekaligus kolornya... Kemudian Tasya melucuti lingerienya.. Keduanya telanjang bulat dan Tasya memegang kendali atas irama permainan. Tasya merasakan hasratnya benar2 tak terbendung kali ini, belum pernah dalam hidupnya dirinya seolah diremehkan apalagi oleh seorang lajang yang belum menikah. Ada semacam ketidak relaan atau rasa penasaran kepada Rinto. Secara Brutal dimasukkannya kejantanan Rinto yang sudah tegang dalam kemaluannya. Hanya dengan satu gerakan singkat memelorotkan celana kolor Rinto, sementara kemaluannya sedari tadi bebas terbuka dari bawah. Kemudian Tasya bergerak naik turun, membesot2 kiri kanan depan belakang, kadang berputar2 pantatnya untuk merangsang kejantanan Rinto. 

Susunya seolah diangsur2kan kemulut Rinto yang seolah pasif dan rasanya malas melumat putingnya. Tasya tahu padahal Rinto benar2 terangsang oleh bentuk tubuhnya, kalau tak terangsang bagaimana kejantanannya bisa tegang keras ? Rinto kemudian mulai menjilati puting susu Tasya, membelai pantatnya tipis2 saja dan seolah ingin seolah tidak. Ini membuat Tasya semakin panas dan lebih gila lagi gerakannya. Susunya yang big size terpental2 seolah bola basket sangat mempesonakan... Rinto lagi2 seolah hanya menangkap pentalan susunya dan menjilatinya kala menempel di lidahnya.. "Masssh kaaamuuu jaahaaaaat... Aaaaah aaaaaaah gilaaaa ini massshhhhhh aaaaahhh" Tasya bergetar tubuhnya begitu dahsyat orgasmenya seolah lama sekali dan tak berhenti, rupanya rangsangan perlahan lahan ala Rinto sangat membuatnya terdorong untuk menjadi aktif dalam mencapai kenikmatannya sendiri. 

Rinto hanya dengan permainan ego nya, dia bisa membuat Tasya lebih aktif lebih aktif lagi dan kemudian menjadi sangat aktif dan menguasai dalam merangsang dirinya sendiri. Dan hasilnya adalah orgasme yang luar biasa baginya. Sementara Tasya tergetar2 begitu, Rinto masih tenang saja dan belum berbuat apa2, tapi begitu Tasya mulai mereda, tangan Rinto mulai membelai sekujur tubuh Tasya dengan perlahan. Lidahnya mencari2 lidah Tasya membelit nya kemudian menyedot dalam dalam.

Tangan Rinto kemudian mulai membelai pantat dan susu Tasya, lembut dan sesekali menyentil putingnya sama dengan sesekali jari jemari yang membelai pantat Tasya seolah terpeleset membelai memeknya yang menbanjir. Nafas Tasya yang tadinya sudah mulai reda seolah dinaikkan lagi lebih tinggi dan cepat mencapai masa hasrat yang menggebu lagi. Cuma belaian Rinto memanglah perlahan dan sangat lembut, mana bisa melecut nafsu birahi menjadi terangkat tinggi ? Kecuali memang birahi Tasya masih ingin terdongkrak tinggi. Akhirnya sekali lagi Tasya melecutkan dirinya untuk menggapai letupan2 birahi yang menggelegak. Gerakan pantatnya membesot dan mengocok burung Rinto yang masih tegak kaku di dalam kemaluannya, memberikan rangsangan pada kewanitaannya. "Maasssshhg aaaaaahhhh aaakhuuu beennciii kaaamuuuu massshhhhh" Tasya meneriakkan kekesalannya pada Rinto yang telah membuat dirinya mendongkrak nafsunya hingga begitu tinggi sendirian, seolah sedang melakukan masturbasi dengan dildo tapi dildonya benar benar nyata. 

Tasya jelas sangat jengkel karena tubuhnya ternyata tidak dalam kendalinya lagi, tubuhnya seolah tak punya harga diri, seolah benar2 membutuhkan banget kepuasan dari persetubuhan ini, itu kalau masih bisa disebut persetubuhan. Ini jelas pelecehan!!! Tetapi dirinya sendirilah yang melecehkan diri dan tubuhnya sendiri. Rinto hanya membuatnya sanggup melecehkan dirinya sendiri. Rinto seolah memilikinya dengan cara yang paling purba, dimana wanita itu benar2 dimiliki oleh lelaki dan tunduk patuh padanya. Rinto seolah berbuat seolah hanya kalau Tasya menghendakinya, seolah dirinya memang tak butuh2 banget dan standing posistion inilah yang menjadi tumpuan bagaimana Rinto memperlakukan Tasya. 

Sejak memilih baju seolah Rinto memasukkan dalam benak Tasya kalau tanpa baju yang seronok jangan harap Tasya bisa membuat Rinto mau mencicipinya. Mata Rinto yang nakal dan hanya sampai sana nakalnya, seolah Rinto berkata kalau perbuatan Tasya kurang heboh dalam membuatnya tertarik. Itulah yang dialam bawah sadar oleh Rinto dimasukkan ke dalam benak Tasya agar berbuat lebih aktif dan atraktif. Itu pulalah yang membuat Tasya lebih gila merangsang Rinto dengan lebih gila melakukan rangsangan2 melalui cara2 umumnya.


Melalui empotan kemaluannya atau melalui teriakan dan desahannya atau melalui getaran susunya kala digerakkan. Tasya lupa kalau hanya dengan mengelus susunya tipis2 Rinto justru lebih merangsang dirinya ketimbang dirinya merangsang Rinto. Tasya juga lupa, dengan membesot2 secara gila dan menaik turunkan kemaluannya secara gila, tak saja Rinto terangsang, tetapi dirinya jauh lebih terangsang, apalagi secara lembut tangan Rinto membelai pantatnya bahkan kadang membelai kemaluannya. Semakin lama tampak jelas akhirnya Tasya lagi2 lebih terangsang dan lebih gila merasai puncak kenikmatannya. 
Semakin lama Tasya seolah gila2an merangsang dirinya sendiri dan itulah awa mula dirinya akhirnya lepas kontrol dan jatih dalam kendali Rinto dalam mengatur irama persenggamaan mereka. Bisa dipahami kalau akhirnya Tasya sekali lagi memperoleh orgasme dhsyatnya... Lagi2 Akhirnya Tasya ambrug dalam hentakan orgasmenya yang sangat luar biasa dan dalam rasa penghambaan yang dalam pada pasangannya. Rasa ingin membahagiakan pasangan tapi juga rasa tak mampu.

Rinto tersenyum pada Tasya, sambil membelai rambutnya.
"Yuk kita istirahat ya Sya, besok kita berangkat pagi2" Sambil berkata, Rinto membangunkan dan menggandeng Tasya ke tempat tidur. Mengandeng, bukan menggendong. Mana kuat Rinto... Memang Rinto sangat romantis pada Tasya, sambil menggandeng dirinya membelai lembut sekujur tubuh Tasya, meremasinya disana sini, kadang memuji susunya kadang memuji pantatnya dan seluruh apa yang ada pada tubuh Tasya. Lalu kemudian Tasya diantarkan tidur dengan belaian lembut Rinto dan bisikan2 menenangkan kadang dengan gumaman lagu2 tempo dulu. Tasyapun terlelap tak lama setelah berbaring di tempat tidur. Selanjutnya, Rinto pun terlelap tidur, entah mengapa dirinya tak begitu peduli dengan lolongan orgasme Tasya yang benar2 sexy, apalagi disaat melolong saking puasnya, kontol Rinto dilahap oleh memek Tasya. 


Ada dorongan dalam dirinya yang seolah menganggap rangsangan Tasya tak begitu cukup baik untuk membangunkan singa dalam tubuhnya. Besok mereka akan berangkat liburan kesebuah pulau yang indah. Sebelum berangkat sudah begini rasanya bagi Tasya, entah besok perjalanan kali ini sungguh sangat gila. Tasya dalam tidurnya tersenyum membayangkan bahwa dirinya akan mendapatkan pengalaman bercinta yang berbeda dari biasanya. Yang pasti pengalamannya kali ini sungguh sangat mengguncangkan dunianya. Baru permulaannya, awal2 nya saja dan belum menginjak inti pokok kenikmatan yang dia akan nikmati. Tasya tertidur lelap dan dalam damai, wajahnya cerah dan kecantikannya bertambah. Wajahnya menyiratkan mimpi indahnya menyongsong hari esok.
Mencoba menjadi setitik warna di dunia ini meskipun dunia ini sudah penuh dengan banyak warna

Post a Comment