Akibat Memperbaiki Mobil Rusak - NDOMAX
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Akibat Memperbaiki Mobil Rusak


Aku adalah seorang pria lajang yang berusia 25 tahun dan baru saja selesai kontrakku dengan salah satu perusahaan pelayaran luar negeri. Sekarang statusku adalah seroang pengangguran sebab Aku tidak punya rencana untuk kembali berlayar setelah 2 tahun lamanya. Semua yang Aku ceritakan dibawah ini adalah nyata. Memang cerita ini terlalu bertele-tele bila dibandingkan dengan cerita-cerita yang pernah Aku baca sebelumnya namun inilah cerita yang ingin kuceritakan bagi pembaca juga penggemar cerita dewasa. Cerita ini berawal dari seringnya Aku pergi bolak-balik ke rumah sakit untuk menjaga papa Aku di rumah sakit swasta di daerah pinggiran kota. Pada hari Minggu dipertengahan bulan, Aku turun ke bawah tempat merokok di rumah sakit tersebut namun di saat Aku menikmati rokokku itu, di dekat tempat dudukku ada seorang wanita setengah baya yang kira-kira berumur 37 tahun.

Ia tampak sibuk sekali menelepon sana-sini dengan handphone-nya untuk mencari jasa derek mobil untuk mobilnya. Entah karena Aku merasa terganggu atau ada keinginan untuk membantu wanita itu, akhirnya Aku beranikan diri untuk menawarkan jasa Aku sebab siapa tahu kerusakannya masih sepele. Setelah mengumpulkan semua keberanian untuk menawarkan jasa Aku akhirnya meluncur juga dari mulutku untuk membantu dia. 


“Eee.. maaf Tante, kalo Aku boleh tau, mobil tante rusak?” tanya Aku dengan ragu-ragu.
“Iya Dik”, jawabnya singkat sambil tetap menghubungi seseorang dengan handphone-nya.
“Kalo boleh, Aku coba bantu Tante buat benerin mobilnya Tante, sebab siapa tau Aku bisa, Tante!” kata Aku menawarkan pertolongan.
“Eee.. boleh-boleh.. Ayo ke mobil Aku yuk”, pintanya.

Setelah itu kita berdua jalan meninggalkan tempat itu untuk menuju ke mobil wanita itu, yang ternyata tidak jauh dari tempat merokok. Setelah Aku dibukakan pintu, Aku coba starter mobilnya tapi hasilnya nihil.
Dengan kasus seperti ini, Aku katakan pada wanita itu bahwa ada kemungkinan bahwa ini masalah dinamonya dan Aku sarankan untuk mendorong mobilnya sebab tidak ada masalah sehingga dia bisa tiba di rumahnya atau bengkel sebelum kesorean dan tidak perlu memanggil jasa derek mobil karena biayanya yang mahal.
Dan sepertinya dia berpikir sejenak dan dia setuju dengan saran Aku, hingga akhirnya Aku memanggil salah satu satpam yang Aku temui untuk meminta pertolongannya untuk mendorong mobil.

Agh, akhirnya mobil wanita itu nyala juga dan seperti dugaanku bahwa masalahnya hanya masalah dinamo.

Dengan posisi wanita itu di dalam mobil dan Aku di luar sambil memperhatikan dia untuk meninggalkan Aku, tiba-tiba dia memanggil Aku dengan membuka kaca jendelanya dan mengucapkan terima kasih kepada Aku sambil memberikan uang 2 lembar seratus ribu tapi Aku tolak sebab pertolonganku adalah dari hati nuraniku bukan untuk meminta balasan namun dia tetap memaksa Aku dan akhirnya Aku ambil satu saja dan satunya lagi tetap di tangannya sambil mengucapkan bahwa itu saja sudah lebih dari cukup.

Akhirnya dia mengalah karena Aku tetap bertahan untuk tidak mengambil sisanya tapi dia membuka tasnya dan mengambil kartu namanya dan diberikan buat Aku sambil menitip pesan bahwa kalau ada sesuatu atau Aku sedang senggang diminta menghubungi dia, dan Aku terima kartu namanya. 


Sebelum pergi, dia menanyakan nama Aku sambil menyodorkan tangannya dan Aku jawab bahwa nama Aku Willi dan dia mengatakan bahwa namanya Lucy. Dan akhirnya ia pergi dengan mobilnya dan Aku tetap berdiri melihat mobilnya hingga hilang ditelan sebuah tikungan ke kanan.

Dua hari setelah kejadian itu, papa Aku meninggal dan Aku sibuk menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan papa Aku mulai dari rumah sakit, rumah duka, dikremasi hingga jadinya Akte Kematian.
Setelah semuanya selesai dan Aku kembali pada kehidupanku yang hanya menghabiskan hari demi hari Aku dengan jalan-jalan dengan teman-teman Aku ke sana ke mari.
Hingga pada suatu hari di bulan Desember 2000, Aku teringat kembali dengan wanita yang Aku kenal di rumah sakit dan Aku cari kartu namanya dan akhirnya ketemu. Akhirnya Aku hubungi Handphone-nya walaupun di kartu nama itu ada nomor telepon rumah dan kantornya.

“Halloo?!” terdengar jawaban seorang wanita dari sana.
“Dengan Lucy-nya ada? ini Willi”, jawab Aku lengkap.

Sejenak terdiam dan terdengar, “Iya ini Lucy sendiri dan Aku ingat kalo kamu yang nolong Aku waktu Aku di rumah sakit itu khan?” tanyanya yang terkesan menebak.

“Iya.. ini Aku Willi yang waktu itu”, jawab Aku.
“Eee.. gimana sekarang kamu, Will?” tanyanya.
“Lagi senggang nich”, jawab Aku.
“Kayaknya untuk sekarang ini Aku nggak bisa lama-lama ditelepon.. bagaimana kalau malam ini kita ketemu, Aku mau traktir kamu makan malem, apa bisa?” sambungnya.
“Iya bisa. Aku nggak ada acara”, jawabku singkat.
“Oke kalo gitu kita ketemu di restaurant Tony’s Romas deket Ratu Plaza aja jam 7 malam ini, Oke? kamu tau khan?” jawabnya menjelaskan.
“Iya Aku tau, Oke dech sampe nanti”, jawabku.

Seperti janjiku dengan Lucy, Aku datang ke Restaurant Tony’s Romas dan Aku tiba 10 menit lebih awal. Dan pilih tempat duduk yang kira-kira Aku bisa lihat kalau ada orang yang datang. Tepat jam 19.00, Lucy datang, dan Aku sangat terpana dengan pakaiannya yang begitu seksi.

Dia mengenakan baju terusan warna merah dengan strip warna biru dengan model tali yang menggantung pada lehernya sehingga tampak dengan jelas punggungnya dan berarti dia tidak memakai BH dan rambutnya yang sepanjang bahu dia ikat ke atas sedang rambut depannya dibuat poni rata dengan alis matanya tapi dengan tekukan ke atas.

Dadanya yang lumayan besar dan bulat seakan-akan mau keluar dari baju yang dia pakai. Wow, Aku begitu terpana dengan apa yang Aku lihat, tapi Aku tidak terlalu terpana sebab Aku harus memberitahu bahwa Aku ada.
Aku mengangkat tangan mengisyaratkan siapa tahu dia melihat. Ternyata ada seorang waiter yang melihat dan sepertinya dia tahu bahwa Aku memanggil Lucy, dan waiter itu pun mengatakan sesuatu pada Lucy lalu menunjuk pada arahku.

“Hi.. udah lama?” katanya membuka pembicaraan sambil duduk dan merapikan baju terusannya sepanjang mata kaki.
“Belum”, jawabku singkat.
“Eee.. kamu udah pesen? kalo belum, kamu mau pesen apa?” tanya dia.
“Belum, Aku belum pesen apa-apa”, jawabku sambil membuka buku menu.

Setelah kita berdua memesan makanan, dan sambil menunggu makanan kami berbincang-bincang sana-sini dan akhirnya dia menanyakan bahwa mengapa Aku ada di rumah sakit saat itu, dan Aku jelaskan dan Aku katakan pula bahwa papa Aku sudah meninggal dan dia tampak kaget dan minta maaf kalau dia membuat Aku sedih.

Acara makan malam Aku bersama Lucy berlangsung lancar dan kita berdua mau pulang, dia memaksa mengantar Aku pulang sebab selain hemat biaya lagipula ternyata rumah Lucy searah dengan Aku, dia tinggal di daerah pusat kota dan Aku yang menyetir dengan ijin dia terlebih dahulu.

Dalam perjalanan, tanpa Aku tanya, dia mengatakan bahwa dia sudah cerai dengan suaminya sejak anaknya berusia 6 bulan dengan alasan mantan suaminya itu punya simpanan.
Saat dia menceritakan itu, Aku tidak tahu apa yang harus Aku lakukan sebab rasanya kalau diterus-teruskan mungkin akan membuat dia sedih dengan pengalaman pahitnya.
Hingga pada akhirnya mengatakan bahwa sebaiknya tidak perlu diteruskan sebab mungkin akan membuat dia ingat dengan masa lalunya itu tapi dia mengatakan bahwa dia ingin Aku tahu dengan siapa yang dia kenal (maksudnya dia sendiri).

Dari ceritanya, dapat Aku simpulkan bahwa dia wanita karier yang lumayan bagus dengan kariernya.

Setelah dia selesai menceritakan semuanya, kita terdiam sejenak dan hanya tembang-tembang Ebiet G Ade yang kita dengar. Tapi dengan tiba-tiba dan membuat Aku kaget, Lucy mendekatkan kepalanya dan menyandar diantara bahu dan ujung jok mobil. Saat itu Aku tidak tahu harus bagaimana, jadi Aku diam saja.

Namun yang menambah kurang konsentrasinya Aku dengan jalan adalah, setiap Aku mengganti persneling, lengan Aku bersentuhan dengan dadanya yang lumayan besar dan ini tidak mengubah cara dia duduk, dia tetap dengan posisinya.

Setiap kali bersentuhan Aku minta maaf padanya dan hati serta kemaluanku tegang. Rasanya Aku teramat salah tingkah sebab selain menggangu pikiran Aku, Aku pun menikmati apa yang terjadi. Sampai pada akhirnya Lucy memecahkan kesepian pada saat itu dengan mengatakan, “Will, kamu sudah pernah bercinta?”

Wah, rasanya seperti disambar geledek dengar pertanyaan Lucy. Setelah terdiam sebentar karena kaget, Aku jawab pertanyaannya itu dengan jujur bahwa Aku sudah pernah bercinta dan Aku jelaskan pula bahwa itu dengan pacar Aku.
Lalu dia bilang, “Eee.. kayaknya kamu sekarang sudah terangsang ya dengan posisiku kayak gini ini?” sambil tangan kirinya dengan cepat meraba daerah kemaluan Aku.

Aku benar-benar terhenyak dengan sikap Lucy dan Aku biarkan tangan kirinya meraba-raba dengan halusnya kemaluan Aku dari celana panjang Aku sebab selain inilah yang yang inginkan, Aku pun lagi-lagi dalam posisi sulit.

Aku tidak tahu berapa lama dia meraba-raba kemaluan Aku hingga pada akhirnya dia membuka reitsleting celana Aku dan makin berani sehingga sekarang dia meraba-rabanya di celana dalam Aku.

Sambil meraba-raba dia bilang (dengan nada nakal dan manja), “Will, punya kamu ini besar ya?! panjang lagi.. dan kayaknya udah pengen maen nich.” Namun Aku tidak memberi jawaban sebab selain Aku tidak tahu harus menjawab apa, Aku merasa sedang terbang. 


Dan Aku pun tidak tahu pasti berapa lama dia meraba-raba kemaluan Aku dari atas celana dalam Aku. Hingga pada akhirnya dengan tiba-tiba kepalanya seperti terjatuh ke daerah kemaluan Aku dan dia menjilat-jilat celana dalam Aku dengan tangan kirinya yang tetap meraba-raba rambut kemaluan Aku yang mungkin sebagian keluar dari celana dalam.

Aku yakin bahwa celana dalam Aku sudah basah dengan air liurnya sebab rasanya sudah agak lama dia jilati. Tidak berapa lama setelah Aku berpikir seperti ini, dia membuka celana dalam Aku dan langsung menelan semua kemaluan Aku.

Wah, rasanya benar-benar nikmat dan Aku benar-benar harus membagi dua pikiran Aku antara kenikmatan yang sedang Aku rasakan juga jalanan.

Karena Aku pun terangsang dengan kuluman Lucy, dengan berani Aku memegang dadanya dan meremas-remas kecil. Walaupun Aku tidak melihat, namun Aku dapat membayangkan bagaimana rasanya apabila Aku menghisapnya.

Wah, sulit dikatakan. Hingga pada saatnya, Aku mengatakan pada Lucy bahwa Aku rasa Aku akan klimaks, tapi buru-buru dia menghentikan kulumannya dan mengambil posisi duduk normal. Dan dia bilang bahwa dia pun sudah terangsang dan ingin berhubungan seks.

Dia mengajak Aku menginap di salah satu hotel. Sebelum mengiyakan ajakan Lucy, Aku katakan bahwa Aku harus memberitahu sama orang rumah bahwa Aku tidak pulang agar mereka tidak perlu menunggu Aku.

Setelah semuanya sudah beres, akhirnya mobil yang kita tumpangi Aku arahkan ke daerah Sunter, sebab Aku tahu bahwa di situ ada hotel, walaupun Aku belum pernah menginap di situ.

Akhirnya kami tiba di hotel yang Aku maksud dan Aku beserta Lucy masuk dan mengurus urusan-urusan di Front Office di hotel itu, dan setelah semua selesai dengan biaya yang ditanggung Lucy, kami pun diantar ke kamar yang sudah dipilih dengan Bellboy.

Setelah mengecek sana-sini dalam kamar, akhirnya Bellboy meminta ijin untuk keluar setelah menghidupkan TV .Dan setelah terdengar suara pintu kamar kami ditutup oleh Bellboy, Aku dan Lucy dengan cepat saling berpelukan dan berciuman sambil berdiri karena sama-sama sudah tidak bisa menahan gairah seks masing-masing.

Lucy memang kelihatan sudah terangsang berat dan pandai berciuman sebab Aku dapat merasakan permainan lidahnya yang sangat Hot. Sambil bermain lidah, tangan Lucy dan tangan Aku saling meraba-raba bagian terlarang satu sama lain.
Tangan kiri Aku tetap memegang bagian belakang kepala Lucy sedang tangan kanan Aku mengelus-elus bagian punggung Lucy yang terbuka dan mulus putih tanpa cacat, sesekali meraba ke bagian tekukan bawah payudaranya.

Sesekali tercium olehku aroma parfum yang dia gunakan. Sedangkan tangan kiri Lucy menelusup ke bagian belakang celana Aku sedang tangan kanannya merabanya dari depan mulai dari kemaluan Aku hingga ke daerah pusar.

Lama-kelamaan, tangan Aku membuka sebagian baju bagian dadanya sehingga Aku dapat memegang dengan jelas bentuk payudaranya. Aku rasakan bahwa besar payudara Lucy terasa mantap dengan posisi jemari Aku seperti mau mengambil payudaranya itu.

Aku usap, elus dan mainkan puting susunya yang terasa makin lama makin agak keras. Dengan tetap sambil berciuman, memainkan lidah dan saling menggigit bibir bawah atau atas satu sama lainnya. Sedangkan tangan Lucy sedang berusaha membuka celana Aku dengan membuka reitsleting celana dan berusaha membuka ikat pinggang Aku.

Setelah celana Aku dapat dibuka oleh Lucy, dengan sigap dia mengambil kemaluanku yang sudah tegang dari balik celana dalamku lalu memaju-mundurkan tangannya sambil tetap menggenggam kemaluanku.

Sambil meraba-raba dan tetap memainkan puting susunya, tangan Aku yang lain berusaha untuk membuka kancing yang terletak di leher belakang Lucy. Dan akhirnya Aku dapat membuka kancing itu walaupun sedikit sulit sebab hanya dengan satu tangan.

Begitu baju terusannya dapat Aku buka, dengan otomatis baju terusan itu turun ke lantai sehingga payudara Lucy sekarang sudah tidak tertutupi sesuatu apa pun.
Dengan turunnya baju terusannya ke lantai, Aku hentikan ciuman bibir dengan Lucy dan Aku langsung mencium bagian dada kiri dan kanan Lucy yang begitu ranum dan kencang seakan-akan masih dalam pertumbuhan.

Dalam setiap hisapanku atau permainan lidahku pada puting susunya, Lucy mendesah kenikmatan, “Uuuh.. aaghh.. enakk..” dengan sesekali menambahkannya dengan nama Aku dan disertai denga nafas yang memburu. Sedangkan tangannya dengan bergantian tetap memegang kemaluan Aku dan mengocoknya.

Setelah Aku agak puas dengan payudaranya, jilatan, hisapan dan kecupan kecil Aku mengarah ke bawah dan makin ke bawah dengan tetap diiringi desahan Lucy yang Aku rasa sudah terangsang karena kenikmatan.
Namun tangan Aku tetap meraba serta mengelus-elus payudaranya. Hingga pada akhirnya tangan Lucy melepaskan kemaluan Aku karena posisi kami yang tidak memungkinkan.

Jilatan dan kecupan kecil pada bagian bawah dada Lucy makin liar dengan makin tidak dapat mengontrol diri Aku sendiri dengan gairah seks yang meluap-luap dan dengan sesekali Aku membuka mata Aku dan melihat bagian tubuh Lucy yang putih bersih serta mulus dan lembut. Aku pun dapat merasakan detak jantungnya yang makin kencang.

Sambil tetap menjilati dan memberi kecupan kecil, tangan Aku dua-duanya meraba-raba bagian kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalam yang dia gunakan.

Setelah Aku meraba-raba dengan halus semua daerah kemaluannya serta bagian pantat Lucy, baru Aku ketahui bahwa dia mengenakan celana dalam dengan model tali yang mana lekukan pada daerah lubang analnya berupa tali dan melingkari pinggangnya pun berupa tali yang diikat pada bagian pinggang kiri. Dan ini menambah gairah seks Aku yang membludak.

Setelah dengan mudah dapat Aku buka celana dalamnya, jilatan juga kecupan kecil, Aku lanjutkan pada daerah kemaluannya hingga Aku dapat merasakan bahwa Aku sedang berada di beberapa centimeter di atas liang kewanitaannya.

Daerah yang ditumbuhi oleh rambut-rambut yang tidak terlalu lebat dan terkesan dirawat rapi. Dan Aku tetap menikmati dengan makin mendesahnya Lucy dengan apa yang Aku lakukan pada tubuhnya.
Tangan Aku pun mulai memainkan kemaluannya yang basah, Aku meraba kemaluannya dengan jari telunjuk atau jari tengah Aku dengan sesekali Aku masukkan ke dalam kemaluan Lucy. Sedang jempol Aku, Aku naik turunkan di daerah antara kemaluannya dengan rambut kemaluannya.

Aku makin menikmati semua ini dengan menyentuh ujung lidah Aku pada kemaluannya bagian atas. Tercium pula bau khas dari kemaluan Lucy. “Ughh, Will.. kamu pintar sekali, Sayang..” rintih Lucy ketika Aku menghisap-hisap klitorisnya dan sesekali menjilatnya.

“Teruus.. terus.. Sayang.. agh.. ahh..” rintihnya sambil memegang kepala Aku dengan kedua tangannya dan seakan-akan menekan wajah Aku ke dalam kemaluannya. Waktu itu, Aku agak sulit bernafas dengan posisi seperti ini, namun Aku tetap menjilati dan memainkan klitorisnya.

Agak lama Aku memainkan klitorisnya dan sesekali memasukkan satu atau dua jari Aku ke dalam kemaluan Lucy. Mulanya yang sudah basah, sekarang hingga kering dan sekarang agak lembab dengan bercampurnya air liur Aku.

Mungkin karena Aku yang terlalu menikmati yang sedang Aku lakukan atau mungkin karena dia sudah terangsang, dengan tiba-tiba dari dalam kemaluan Lucy menyembur cairan hangat yang belum pernah Aku temui sebelumnya.

Dengan menyemburnya cairan itu dari dalam kemaluan Lucy, makin didorongnya kepala Aku ke arah kemaluan Lucy dan kali itu Aku merasa sulit sekali bernafas namun kejadian itu tidak berlangsung lama sebab setelah itu, Lucy melepaskan kepala Aku sehingga Aku dapat bernafas kembali.

Namun Aku tetap menjilati dan menghisapnya yang terasa agak lengket dan sedikit bau amis.
Tak berapa lama setelah cairan itu menyembur, Lucy mengangkat kepala Aku, yang maksudnya agar Aku berdiri. Aku pun berdiri dan wajah Aku dekat dengan wajahnya.

Dan Lucy menciumi bibir Aku dengan masih adanya sisa cairan yang menempel di bibir dan lidah Aku. Ganas sekali dia menciumi Aku yang diiringi dengan permainan lidah dan terengah-engah nafasnya.

Setelah puas berciuman, Lucy menghentikannya dan mengatakan, “Will, sekarang gantian.. Aku yang mau menikmati tubuh kamu.”
Sebelum aba-aba atau jawaban dari Aku, Lucy langsung membuka kaos Aku dari bawah dan menelusupkan satu tangannya ke atas ke bagian dada Aku.

Sambil mengelus-elus dada Aku, dia bilang bahwa dada Aku lapang, tidak seperti suaminya yang seolah-olah mempunyai buah dada. Lucy pun mengatakan bahwa perut Aku tidak gendut, seperti peminum minuman keras.

Setelah Aku membuka kaos Aku sendiri, dengan segera Lucy memulai kecupan kecil di daerah dada Aku dan sesekali menjilatinya, sedangkan tangannya menuju pada kemaluan Aku dan seperti semula, dia memaju-mundurkan kemaluan Aku. “Aaah.. aah.. enak, Luc”, desahku kenikmatan karena selain dijilati atau dikecup, kemaluanku pun dikocok-kocok dengan pelan-pelan namun pasti.

Seperti halnya yang Aku lakukan pada tubuh Lucy, Lucy pun menjilati, mengecup dan menghisap semua bagian depan tubuhku dan makin lama makin ke bawah hingga akhirnya pada kemaluanku.

Pada saat di kemaluanku, Lucy langsung mengulumnya seakan-akan mau menelan semua kemaluanku yang kira-kira panjangnya 16-18 centimeter. “Aaagghh.. aah.. eenak, Luc!” desahku agak keras tidak bisa menahan rasa nikmat yang Aku rasakan begitu Lucy memainkan lidahnya di bagian lubang kemaluanku.

Tidak bisa Aku ungkapkan kenikmatannya dan Aku benar-benar menikmati apa yang Aku rasakan.

Lama sekali Lucy menghisap, menjilat, mengulum dan memainkan kemaluan Aku, dia pun menjilati lubang anal Aku. Hingga pada akhirnya terlintas dalam pikiran Aku untuk menyelesaikan pemanasan ini dan memulai berhubungan seks.

Seperti halnya yang Lucy lakukan pada Aku dengan mengangkat kepala Aku dari kemaluannya, begitu pula yang Aku lakukan untuk menghentikan kulumannya pada kemaluan Aku. Aku angkat kepalanya dan Aku dekatkan wajahnya kepada Aku lalu menciumnya dengan kecupan-kecupan sesekali menciumnya dengan sedikit memainkan lidah.

Aku pun menuntun Lucy untuk tiduran di kasur dengan posisi telentang. Setelah Aku beri ciuman dan sedikit kecupan kecil pada bibirnya, Aku memegang kemaluan Aku dan mengarahkan pada liang senggamanya.

Kedua kakinya yang telah dibuka olehnya membuat Aku lebih mudah untuk memasukkan kemaluan Aku. Sambil memasukkan kemaluan Aku, Aku lihat raut wajah Lucy.

Dia tampak mengejamkan kedua matanya sambil mendesah, “Ooohh.. eemhh..” lalu menahan nafas sejenak, sedangkan kedua tangannya memegang kedua pantat Aku lalu mencekeramnya agak keras.

Sambil mengeluarmasukkan kemaluan Aku ke kemaluan Lucy, Aku menekuk kedua kakinya dengan kedua tangan Aku sehingga telapak kaki dan tulang keringnya terangkat. “Uuughh.. esshh.. aahh.. eenak.. Sayanng..” desah Lucy sambil memejamkan matanya.

Aku pun mendesah kenikmatan dengan keluar masuknya kemaluan Aku di dalam kemaluan Lucy. “Aaahh.. eessh.. Luss.. eenak..”

Kira-kira kami melakukan posisi itu selama 5 menit, lalu Aku angkat kedua kakinya sehingga menghimpit kepalaku dan tetap mengeluar masukkan kemaluanku.

Dan Aku tidak tahu berapa lama Aku dan Lucy melakukan posisi ini hingga akhirnya Lucy menarik Aku untuk mendekatkan kepala Aku dengan kepalanya, lalu dia mendekap punggung Aku dengan erat bahkan Aku merasa sangat keras. Dan mendesah panjang, “Eeenghh.. eesshh.. eenakk..”

Lalu Lucy menghentikan sebentar dan mengeluarkan kemaluan Aku dari kemaluannya. Ia lalu menungging dan Aku tahu maksudnya dan tanpa disuruh olehnya, Aku mengarahkan kemaluan Aku untuk kembali menghujam kemaluan Lucy.

Sambil memegang kedua belah pantatnya bagian atas, Aku tetap mengeluar masukkan kemaluan Aku dan sesekali Aku melihat reaksi Lucy yang mengangkat sedikit kepalanya ke atas dan sesekali mengibaskan rambutnya sambil mendesah-desah kenikmatan, “Aaaghh.. eesshh.. terus Sayang..”

Rasanya lama sekali melakukan hubungan seks, hingga Aku merasa sedikit kelelahan begitu juga Lucy, hingga Aku putuskan untuk mempercepat gerakanku. Makin kupercepat kemaluanku di dalam kemaluan Lucy.

Dengan makin kupercepat gerakanku, makin terdengar dengan jelas suara gesekan antara kemaluan Aku dengan kemaluannya yang telah diulasi oleh cairan dari kemaluan Lucy. Aku pun sesekali memegang payudaranya dengan kadang meremasnya sebab Aku rasa payudaranya akan naik turun dan menggantung karena posisinya.

“Aaakhh.. enakk!” desah Lucy sedikit teriak.
“Luc.. Aku mau keluar nich.. eesshh..” desahku pada Lucy.
“Keluarin di dalem aja, Will.. eesshh..” jawabnya sambil mendesah.

Hingga akhirnya Aku merasa bahwa Aku akan mencapai puncak, Aku agak menunduk mengikuti posisi Lucy yang menungging dan Aku pegang kedua buah dadanya sambil sedikit meremas keduanya. “Uuugghh.. aaggh.. eenak Luss” teriakku agak keras dengan bersamaannya sperma Aku yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan Lucy. 


Setelah Aku berdiam sejenak setelah ejakulasi, Aku keluarkan kemaluan Aku dan Aku tuntun tubuh Lucy untuk membalik sehingga kami dapat berpelukan.

Sambil saling memeluk, Lucy mengatakan bahwa Aku hebat dan dengan ijin Aku, dia ingin menceritakan ini pada temannya. Waktu itu, Aku katakan bahwa tidak ada masalah andai dia ingin menceritakan ini pada temannya sebab (waktu itu) Aku pikir, Lucy tidak akan mengenalkan temannya itu pada Aku.

Kami pun hening sejenak sambil tetap saling berpelukan dan tubuh masih dalam keadaan telanjang bulat dan Aku pun masih dapat mencium bau parfum yang Lucy gunakan. Dalam keheningan itu, terdengar dengan samar-samar lagu When You Said Nothing At All yang dibawakan oleh Ronan Keating dari pesawat TV yang ada.

Kami pun secara bersamaan tersentak dan ingin melihat. Lalu kami saling meregangkan pelukan kami, dan Lucy mengambil remote Tv yang berada di atas meja dekatnya lalu menambah volume suaranya. Setelah itu, Lucy mengajak Aku untuk berpelukan lagi, saling mendekap lagi sambil menikmati lagu Ronan Keating tersebut.

Aku lihat jam tangan, jam menunjukan pukul 12.45 dini hari. Dan kami pun tertidur hingga kita berdua bangun bersama-sama sekitar jam 07.00 pagi, karena ada seberkas sinar matahari.

Setelah mandi, akhirnya kita sepakat untuk keluar dari hotel tersebut dan Lucy mengantarkan Aku pulang hingga di depan rumah, setelah itu dia akan kembali ke rumahnya hanya untuk mengganti pakaian dan diteruskan ke kantor.

Di dekat rumah, Lucy mengatakan bahwa dia sangat puas dan ingin mengulang kembali apa yang terjadi tadi malam dan dia mengeluarkan sejumlah uang yang Aku kira cukup banyak buat Aku.

Katanya saat itu, “Will.. ini buat kamu.. siapa tau bisa bantu-bantu kamu kalau kamu pengen beli sesuatu..” namun belum selesai penjelasannya, Aku jawab bahwa Aku tidak mau menerima uang sesen pun dari dia sebab apa-apa yang Aku lakukan adalah karena atas dasar suka sama suka dan Aku pun mengatakan bahwa Aku akan merasa sangat terhina kalau dia tetap memaksa Aku untuk menerima uang itu.

Akhirnya dia mengalah dan kita terdiam sejenak dan dia mengambil handphone-nya dan mengatakan bahwa itu adalah pemberian dari dia bukan balasan atas yang Aku lakukan, dia pun menjelaskan agar dia dapat menghubungi Aku

Setelah Aku pikir-pikir sambil dia tetap berharap agar Aku menerima itu, akhirnya Aku mau juga karena Aku pikir handphone ini tidak akan selamanya, Aku dapat mengembalikannya suatu saat nanti.

Setelah tiba di rumah, Aku pun memohon diri dan sempat memegang tangannya bahwa apa yang dia rasakan antara Aku dan dia, mungkin yang Aku rasakan pada saat itu.

Hari itu Lucy menelepon Aku dua kali lewat handphone-nya, yang pertama mengatakan bahwa dia sudah tiba di rumah dan yang kedua adalah dia sudah berada di kantor.

Sejak itu, Lucy tidak pernah menghubungi Aku lagi. Tadinya Aku pikir bahwa dia sibuk, dan Aku pun sadar dengan posisi Aku. Hingga akhirnya Aku dihubungi seorang wanita lewat handphone pemberian Lucy.

Wanita itu mengatakan bahwa Lucy pernah cerita semuanya tentang hubungan Aku dengan Lucy mulai dari mula hingga akhir, dan wanita ini mengatakan bahwa dia ingin mengatakan sesuatu pada Aku dan ingin ketemu dengan Aku.

Hingga pada akhirnya Aku setuju untuk bertemu diawal bulan di suatu Mall. Dalam pertemuan tersebut, wanita itu yang seumur dengan Lucy yang mengaku sebagai temannya dan mengaku bernama Julliet ini mengatakan bahwa ada pesan dari Lucy untuk mengatakan yang sebenarnya pada Aku bahwa Lucy telah bersuami dan sudah 2 tahun menikah namun belum dikarunia anak.

Dia mengatakan bahwa suaminya lah yang tidak mampu berproduksi sebab Lucy secara diam-diam sudah memeriksakan dirinya tanpa sepengatauan suaminya, dan pesan Lucy yang terakhir adalah dia menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya untuk Aku sebab Lucy tidak ingin bertemu dengan Aku lagi. Julliet ini pun mengatakan bahwa ia ingin melakukan hal yang sama seperti Lucy namun bukan dengan tujuan untuk memiliki anak sebab ia mengatakan bahwa ia dan suaminya tanpa masalah dalam memproduksi anak.

Yang jadi masalah adalah suaminya yang setelah selesai hubungan seks, ia selalu langsung meninggalkan Julliet tidur. “Jadi, andai Lucy hamil, ada kemungkinan bahwa itu adalah benih Aku”, pikirku. Dan di akhir cerita tentang pengalaman Aku ini, Aku ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada para pembaca yang telah menyediakan waktu untuk membaca cerita ini.  

Mencoba menjadi setitik warna di dunia ini meskipun dunia ini sudah penuh dengan banyak warna

Post a Comment